Hampir
tiap periode tertentu ada saja yang mengirimkan kabar soal “lahirnya dajjal”
melalui media sosial, entah blog, BBM grup, WA grup atau dari media sosial
lain. Dengan menautkan video pendukung tapi tidak lengkap informasi yang
disajikan, akhirnya sisanya kita
penerima berita dibuat berkhayal kemana-mana. Dimana di suatu daerah
telah lahir bayi bermata satu yang “mirip” ciri dajjal. Ditambah lagi suatu
tempat itu disebutkan adalah di Israel.
Bagi
kebanyakan orang di dunia, Israel dianggap sebagai negara kaum Yahudi yang
“dimusuhi”, dan menurut kebanyakan orang itu hanya segala yang buruk yang bisa
muncul atau lahir di sana. Cap inilah yang sudah mendarah daging di berbagai
negara, termasuk Indonesia. Jadi ketika ada rumor seperti ini (lahirnya dajjal
di Israel) akan mudah “digoyang” dan pasti akan banyak orang yang
“meyakininya”.
Saya
paham, maksudnya adalah supaya kita lekas bertobat kembali ke jalur yang benar
sesuai yang diperintahkan agama. Namun menurut saya, cara pengemasan ini yang
salah. Justru penyampaian informasi yang tidak lengkap ini membuat “blunder” di
masyarakat. Akhirnya yang ada adalah pemberian cap pada sesuatu yang bukan
seharusnya.
Coba
bayangkan, anak yang lahir itu adalah anak kita sendiri yang kebetulan terlahir
tidak sempurna. Pikirkanlah itu!!! Semua orang tidak pernah berharap dilahirkan
atau melahirkan anak yang tidak sempurna. Namun ketika kenyataan berkata lain,
apa yang harus kita lakukan? Apa kita harus ikut arus masyarakat “membully”,
menstampel anak lahir yang tidak sempurna itu dengan sebutan yang kurang tepat?
Tidaklah, dan jangan lakukan itu. Lebih baik berpikir andaikan hal itu terjadi
pada diri kita. Sadar!!!
Banyak
hal medis yang menjadi faktor kelahiran demikian, penjelasan medis masih mampu
menjelaskan hal ini dengan nalar yang jernih. Dan mungkin di sini bukan
kompetensi saya menjelaskan hal ini.
Kegelisahan
saya muncul ketika saya baca di WA grup saya ada sharing berita demikian.
Nampak kasihan pada bayi ini. Entah benar atau tidak, titisan atau siapapun
itu. Hendaklah kita berpikir sewajarnya saja, berpikirlah positif. Toh bagi
penganut agama yang taat seharusnya lebih “MEMAHAMI” apa yang “tertulis”. Wajar, bangsa Indonesia punya tingkat
literasi yang rendah, jadi sulit MEMAHAMI apa yang sudah “tertulis”.
Dajjal
sendiri menurut ciri yang “tertulis” adalah (seperti yang saya temukan dibanyak
artikel), dajjal ini bermata dua namun salah satunya cacat alias buta sehingga
yang berfungsi satu mata saja. Diantara kedua matanya itu tertulis ’kafir’. Nah
dari situ saja sudah terlihat, anak bayi yang terlahir tidak sempurna (bermata
satu) apakah masih COCOK dikatakan sebagai dajjal yang dimaksudkan itu? Sungguh
kita adalah pembully yang luar biasa, bahkan pada anak bayi yang baru lahir
kita sudah melakukan PENSTAMPELAN yang sungguh luar biasa jahat.
Ayo lah
sadarlah kita pengakses informasi, baca terlebih dahulu informasi yang kita
terima, bacalah berulang pahami makna dan maksudnya dengan lebih menggunakan
hati. Tidakkah kasihan pada bayi yang lahir tidak sempurna, tidak seperti kita
yang dilahirkan lebih baik. Sedikitlah berempati untuk ini atau untuk hal
lainnya.
Dajjal
adalah tantangan kita sebagai manusia yang ingin berada dijalur Nya. Lebih baik
kita lebih mawas menghadapi cara jahat dajjal mengganggu manusia, dengan cara
yang lebih ber-OTAK dengan tidak membuly atau mencap atau menstampel orang yang
tidak seharusnya mendapatkan hal demikian.
Tingkatkan
minat kita terhadap membaca dan tidak sekedar baca, tapi harus mampu memahami
maksud, makna dari apa yang kita baca terlebih dahulu sebelum membagikannya.
Kemaslah menjadi sesuatu yang positif, baik untuk kebaikan bersama tanpa harus
mencap, menstampel, menjudge yang bukan seharusnya. #STOPBERITAHOAX
0 Komentar
Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6