Mengenal Jagoan Betawi, Pitung

Betawi selalu punya cerite, begitulah katenye ... ;)

Pernah dengar nama Pitung jagoan asli Betawi? Pastinya pernah dong. Saya kenal Pitung melalui film di televisi, yang mengisahkan perjuangannya melawan kompeni (sebutan untuk penjajah Belanda), ketika Betawi kala itu masih dikuasai oleh Hindia Belanda. Pitung dikenal sebagai “robin hood” nya Indonesia kala itu. Namun, meski diyakini sebagai pahlawan bagi masyarakat Betawi kala itu, ada pula yang menganggap Pitung ini sebagai penjahat (terutama bagi Hindia Belanda). Beberapa catatan sejarah mencatatkan demikian. Inilah yang saya baca dari beberapa artikel yang membahas tentang sejarah si Pitung ini. Tidak banyak catatan akurat mengenai Pitung ini, namun cerita dari mulut-kemulut serta catatan media kala itu, bisa dirangkai menjadi satu kesatuan sejarah yang bisa jadi bahan mengetahui jejak-jejak Si Pitung, jagoan asli Betawi.

Catatan kali ini, saya rangkum dari berbagai sumber, untuk mencari tahu tentang siapa Si Pitung ini, apa saja yang dilakukannya hingga akhir hayatnya, di tangan kompeni.

Asal-usul & Masa Kecil
Menurut cerita masyarakat  Betawi, Pitung lahir dari pasangan lokal ayahnya bernama Bang Piung berasal dari Cikoneng, Tangerang, Banten dan ibunya bernama Mpok Pinah berasal Rawa Belong. Itulah sebabnya, Si Pitung lebih dikenal sebagai jagoan Rawa Belong. Tidak ada yang tahu pasti, kapan Pitung lahir, siapa nama lengkapnya. Namun, beberapa catatan sejarah serta cerita masyarakat, Pitung dilahirkan kira-kira di tahun 1866, di Cikoneng. Namun ada pula catatan, yang mencatat bahwa Pitung lahir di daerah Pengumben, yang sekarang masuk wilayah Jakarta Barat, yang lebih dikenal dengan nama Pos Pengumben. Pitung kecil, merupakan korban keluarga broken home, ayah dan ibunya mengalami perceraian, karena alasan poligami yang dilakukan ayahnya. Pitung kecil akhirnya ikut bersama ibunya pulang ke kampung halamannya di Rawa Belong. Menurut cerita masyarakat, ayah Pitung bekerja pada seorang tuan tanah di Cikoneng.

Di Rawa Belong, Pitung kecil mengisi hari-harinya dengan menggembala kambing milik kakeknya. Menurut cerita masyarakat, petualangan Pitung dimulai sejak usia 14 tahun. Kala itu, Pitung disuruh kakeknya menjual kambingnya ke pasar Kebayoran. Sepulang dari pasar, dia dihadang perampok dan uang hasil menjual kambing raib digasak perampok. Karena takut dimarahi sang kakek, Pitung tidak berani pulang dan memutuskan untuk berkelana. Pengelanaan Pitung ini tidak seperti yang kita bayangkan sekarang, pergi ke tempat yang sangat jauh. Karena ketika itu Betawi tidak seperti sekarang, jarak antara satu daerah dengan daerah lainnya dianggap relatif jauh, jika dibandingkan masa sekarang, ketika Betawi sudah menjadi ibukota negara, Jakarta.

Pengelanaan Pitung menghantar dia sampai ke sebuah kampung yang bernama Kemayoran, yang sekarang masuk di wilayah Jakarta Pusat. Di kampung ini, ada toko terkenal bernama H. Naipin, beliau adalah seorang guru, kiai ahli thariqat (ahli main pukulan) yang pandai bermain silat. Thariqat merupakan sebutan aliran beladiri asli Betawi. Di sinilah Pitung beguru, dan mengasah dirinya menjadi seorang jagoan yang membuat dirinya jadi musuh yang ditakuti kompeni. H. Napin sendiri dianggap sebagai tokoh masyarakat juga kala itu. Tidak hanya di Kemayoran, H. Naipin juga punya jaringan di daerah Jembatan Lima, yang mana sekarang masuk di wilayah Jakarta Barat. Di wilayah ini, dipimpin oleh Bang Sairin, sebelumnya dipimpin oleh Cing Sadullah.

Ada cerita berbeda yang mengisahkan awal mula perjuangan Pitung. Bahwa ketika Pitung habis berdagang kambing di pasar, Pitung sempat mengalami perampokan. Namun karena kemahiran Pitung dalam ahli beladiri, Pitung berhasil membuat perampok babak belur. Bahkan karena keahliannya ini, Pitung diajak bergabung dengan kelompok perampok ini.

Jadi Musuh Kompeni
Sejarah mencatat, pada tahun 1886-1894 Pitung jadi musuh bebuyutan kompeni, karena dianggap meresahkan warga Batavia, sepak terjangnya adalah perampokan dan pembunuhan, oleh sebab itu Pitung dianggap berbahaya. Yang dimaksud warga ini sebenarnya adalah warga keturunan serta tuan-tuan tanah yang punya kekayaan melebihi masyarakat lokal, yang mana mereka lebih dekat dengan kompeni.

Kepala Kepolisian Batavia kala itu, Scout Hijne jadi orang yang bertanggung jawab atas keamanan kota Batavia. Jabatannya kala itu bisa hilang, jika Scout Hijne tak mampu mengatasi masalah ini, karena Penasehat Pemerintah Hindia Belanda, Snouck Hurgronje menganggap masalah ini serius.

Banyak cara yang dilakukan kepala polisi Batavia, dari cara logis hingga yang tak logis. Namun, tak kunjung Pitung tertangkap. Menurut catatan sejarah, Pitung pernah tertangkap dan dijebloskan ke penjara Meester Cornelis di tahun 1891-1893, yang sekarang dikenal dengan nama Jatinegara. Meski begitu, Pitung mampu lolos dari penjara dan kembali beraksi.

Kasus pembunuhan yang pernah tercatat, adalah kematian seorang Demang Kebayoran. Dikisahkan, demang ini tidak pernah berpihak pada masyarakat lokal (petani). Bahkan, demang ini menurut Pitung dianggap sebagai dalang yang menjebloskan Ji’ih (saudara sepupu Pitung) ke dalam penjara.

Perampokan yang dilakukan Pitung ini menurut cerita masyarakat bukan untuk memperkaya dirinya sendiri, tapi untuk perjuangan. Pitung sendiri merupakan salah satu penganut aliran beladiri thariqat, dimana aliran beladiri ini menghalalkan perampokan untuk tujuan baik. Perampokan yang dilakukan Pitung adalah tuan-tuan tanah, demang, serta warga keturunan yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Ji’ih merupakan salah satu rekan Pitung dalam melakukan aksinya.

Karena sulitnya Pitung ditangkap, sampai kompeni membuat syaimbara dengan menawarkan harga 400 Gulden sebagai upah siapa yang bisa meringkus Pitung. Banyak kabar beredar kala itu, kelihaian Pitung lolos dari kompeni adalah karena ilmu yang Pitung miliki, bahkan ada yang bilang bahwa Pitung punya ilmu tenaga dalam atau kanuragan, kebal senjata serta ilmu rawa rontek dan ilmu lainnya. Bahkan ketika Pitung kabur dari penjara, dianggap karena salah satu ilmu yang dimiliki Pitung. Menurut catatan sejarah, Pitung juga pernah melakukan pembunuhan terhadap polisi intel yang bernama Djeram Latip.

Pitung Tidak Berkeluarga
Sampai akhir hayatnya, Pitung tercatat tidak mempunyai keluarga atau keturunan. Diperkirakan umur Pitung sebelum kematiannya adalah 40 tahun. Katanya, yang menyebabkan Pitung tidak menikah, karena pantangan atas ilmu kanuragan yang dia miliki. Ilmu kanuragan yang terkenal dimiliki Pitung adalah ilmu rawa rontek. Dimana, apabila anggota tubuh dari siempunya ilmu ini terputus akan tersambung kembali. Ilmu ini dapat diatasi dengan membakar tubuh si empunya ilmu atau memisahkan bagian tubuhnya yang terpotong tadi menjadi bagian terpisah supaya tidak menyentuh tanah. Ilmu ini tidak bisa diturun temurunkan, melainkan harus diperoleh dengan cara yang tidak mudah, karena banyak syarat-syarat berat yang harus dilalui. Rawa rontek sendiri punya tingkatan rendah, menengah hingga tinggi.

Kematian
Beberapa versi catatan berbeda yang mengkisahkan bagaimana dan dengan cara apa Pitung berhasil dibunuh.

Kepala Polisi Batavia, Scout Hijne yang mengalami jalan buntu dalam meringkus Pitung. Akhirnya mencoba menemui guru Pitung, menekannya untuk membuka rahasia kelemahan Pitung. Hingga diketahui bahwa Pitung mempunyai suatu jimat yang membuatnya sakti mandraguna.

Ada cerita lain, yang mengisahkan, bahwa ada yang mengkhianati Pitung, yakni temannya sendiri yang bernama Somad. Ada pula yang menceritakan bahwa jimat Pitung yang berupa keris diambil. Bahkan ada pula yang menceritakan hilangnya kesaktian Pitung mirip seperti kisah Samson, yang dipotong rambutnya. Bahkan ada pula kisah yang meceritakan kesaktian Pitung hilang karena ada seseorang yang melemparkan telur.

Entah mana cerita yang bisa dianggap benar, dengan cara apa yang menyebabkan kematian Pitung sebenarnya.

Catatan lainnya, atas informan dari Scout Hijne, Pitung beredar di beberapa wilayah, seperti di Kampung Bambu, hingga ke daerah pekuburan Tanah Abang. Di daerah itulah kabarnya Kepolisian Hindia Belanda menyergap Pitung dan menembaknya dengan peluru emas. Pitung dikabarkan ditembak tiga kali, yang pertama ditembak mengenai tangannya, tembakan kedua tidak berhasil mengenai Pitung, dan barulah pada tembakan ketiga mengenai dada Pitung dan saat itu Pitung tewas. Pitung sempat dibawa ke rumah sakit Stadverband untuk orang pribumi di daerah Glodok Sehari setelah itu, jenazah Pitung di bawah ke pemakaman di daerah Kampung Baru.

Namun konon Pitung dimakamkan di sisi kanan depan gedung Telkom, Jalan Palmerah Utara, Palmerah, Jakarta Barat. Di sana ada rumpun bambu di tanah yang tak luas dari 3 x 5 meter. Diduga, Pitung dimakamkan di sana. Tidak ada batu nisan yang menandakan  kalau Pitung dimakamkan di sana, namun warga masyarakat sekitar mengamini demikian. Bahkan kata cerita orang tua jaman dulu, yang dimakamkan di sana adalah tubuh bagian bawah Pitung. Bagian tubuh lainnya ada yang dikubur di beberapa tempat, seperti di Jembatan Lima dan di Pulau Onrust. Karena kompeni menganggap Pitung masih memiliki ajian rawa rontek, oleh karena itu, perlu ada penanganan khusus dalam pemakamannya. Namun anggapan ini tidak ada yang membenarkannya hingga sekarang.


Beberapa tempat di Jakarta, punya tempat yang dapat jadi guide sejarah tentang sepak terjang Si Pitung, jagoan Betawi, seperti di Rumah Pitung yang ada di Marunda, Jakarta Utara. Konon rumah ini adalah milik saudagar kaya, yang menyediakan rumahnya untuk membantu perjuangan Pitung di masanya. Rawa Belong juga jadi tempat sanggar budaya, jika kita mau lebih mengenal tengang jagoan Betawi ini.

Propaganda Kolonial Belanda
Pada awalnya, saya sendiri mengira bahwa kisah Pitung hanyalah kisah rekaan. Tapi setelah membaca beberapa artikel tentang sejarah dan cerita Pitung itu sendiri, akhirnya saya menyadari bahwa Pitung memang benar adanya. Namun, kisahnya tidak diceritakan detail seperti pahlawan nasional Indonesia pada umumnya.

Inilah yang mungkin mendasari propaganda yang dilakukan Pemerintah Kolonial Belanda di Batavia kala itu. Pitung mungkin saja dianggap sebagai tokoh penggerak masyarakat jelata kala itu sebagai pemberontakan. Jika Pitung tidak diredam, akan membuat kondusifitas di Batavia tidak berjalan baik. Propaganda kompeni dinilai berhasil, karena karakter Pitung sendiri yang tidak senang membentuk komplotan atau kelompok besar, sehingga apa yang dilakukan Pitung ini tidak menjadi suatu gerakan pemberontokan besar.Oleh karena hal ini, sangat membantu jika kompeni membuat propaganda tertentu untuk menutup-nutupi kisah perjuangan Pitung.

Motif lain dari kisah Pitung ini, ada catatan yang mengatakan bahwa kisah Pitung ini sengaja “dibesarkan” kala itu untuk menaikan jabatan dari Kepala Kepolisian Batavia saat itu Scout Hijne. Pitung sebenarnya tidak sakti-sakti amat seperti yang dibicarakan kala itu. Proses bagaimana Pitung bisa meloloskan diri, adalah karena kesalahan penjaga saat itu. Cerita kesaktian Pitung sengaja disebarkan untuk membuat bahwa Pitung ini adalah penjahat yang licin. Sehingga apabila Scout Hijne berhasil menangkapnya hidup atau mati, akan jadi prestasi tersendiri.

Manfaat lainnya dari kematian Pitung adalah ingin menunjukan kepada masyarakat saat itu, bahwa Pemerintah Kolonial Belanda berada di atas segalanya, bahkan mampu mengalahkan kemampuan yang dianggap sakti saat itu. Suasana kondusiflah yang ingin diciptakan, untuk membuat pemerintahan berjalan dengan baik.


Entahlah, mana yang benar. Kita yang lahir sebagai generasi sekarang, bisa melihat kisah perjuangan Pitung dari kacamata positif. Sehingga, nilai-nilai positif dari perjuangan Pitung yang dikenal mau berjuang membela rakyat kecil bisa jadi semangat bagi kita generasi muda. Catatan ini dihimpun dari berbagai sumber yang membahas tentang perjuangan Pitung.cpr.



Posting Komentar

3 Komentar

  1. Tambahan informasi bisa dibaca juga dari artikel ini:
    http://news.liputan6.com/read/3176097/orang-betawi-tolak-pitung-ada-tujuh-pitung-cuma-satu

    BalasHapus
  2. Si Pitung...
    Salah satu cerita rakyat favorit sy nich

    BalasHapus
    Balasan
    1. Iya, kaya nya belum ada sutradara yang mau angkat cerita Pitung jadi film layar lebar versi jaman now.
      Wiro Sableng saja dulu kita tunggu bagaimana hasilnya ya

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6