"Inverter" di Teknologi Telekomunikasi

Perubahan koneksi komunikasi dari era 3G, ke 3,5G ke sekarang 4G LTE menurut saya tidak ada perubahan signifikan. Rasanya sama saja seperti sebelum-sebelumnya, hanya nama saja yang berbeda, untuk uji coba mungkin okelah kelihatan, tapi untuk pemakaian sehari-hari, all provider memberlakukan sama pelayanannya.

Masing-masing provider memang tidak open semua trafficnya dibuka, mereka hanya menggunakan berapa % dari kemampuan 4G yang sebenarnya, mungkin sama saja ketika era 3G atau 3,5G dulu.

Malah, saya rasa, meski namanya 4G, kecepatannya hanya ditingkat over maksimum 2G atau 3G dimaksimalkan. Rasanya sama saja, buat browsing, sekedar membuka antara laman satu dengan yang lain, yaelah bedanya tidak signifikan. Tetap saja perlu waktu loading, tidak sekejap mata. Pembeda hanya dilayanan streaming, buka youtube lebih stabil. Tapi sebenarnya, jika 3G dimaksimalkan pun layanan tersebut bisa diakses stabil koq. Saya pernah rasakan itu, dan bedanya tidak signifikan. Kecuali, semua provider membuka semua kemampuan 4G nya untuk layanannya, barulah sangat jelas perbedaannya.

Jadi, buat saya mau itu 5G atau nanti teknologinya sampai di 6G atau sebagainya tidak ada artinya, jika tidak semua kemampuannya dimaksimalkan. Bukan salah satu provider saja yang begitu, tapi hampir semua provider dari provider harga ekonomis hingga harga mahal. Padahal katanya ada harga ada rupa, ternyata tidak begitu, yang ada kuota terampok tapi kualitas yaelah, standar sama aja bedanya kaya upil. Tau upil, ya itu tai hidung. Klo pun beda besar, hanya sebesar upil kita yang paling besar.

Wajar, alibinya adalah mau cepat koq bayar harga murah, itu jawaban logis yang mengena buat konsumen, ujung-ujungnya kita pasrah atas yang sudah kita bayar. Karena di luar negeri, biaya internet lebih mahal. Hanya saja saya belum bisa bedakan perbedaan kualitasnya.

Tapi, kalau gitu, ngapain jual dusta ya, mungkin karena bahasa iklan memang seperti itu. Dan saya termasuk termakan dusta iklan. Bahkan ponsel pintar 3G pun masih layak mengimbangi jaringan yang ada sekarang. Hanya namanya saja yang beda, karena kualitas hanya sedikit diatas jaringan terakhir (3,5G).

Ini adalah kisah dari pengguna yang tinggal di kota besar yang merasakan koneksinya lelet, hmm lalu bagaimana nasib daerah lain yang infrastruktur teknologi komunikasinya masih "primitif"? Pasti lebih memprihatinkan. Kembali, konsumen hanya pasrah saja. Saya hanya menyayangkan bahasa iklan yang dusta, mungkin itulah iklan, saya hanya harus memahami bagaimana iklan dibuat.

Untungnya masih ada ruang komplain dimasing-masing provider. Semua komplain memang ditanggapi cepat, itu masih untungnya. Ketika habis komplain, nampak perbedaannya, namun ketika kita lengah, tidak bertahan lama koneksi tanpa sadar kembali seperti biasa lagi. Ibarat si penjaga keran air, ketika dirasa air keran kurang deras, ya keran dibuka, kalau sudah normal keran kembali ditutup sesuai hitungan efisiensi si provider. Mungkin inilah yang dinamakan teknologi inverter pada jaringan komunikasi. Tujuannya jelas efisiensi biaya produksi masing-masing provider.

Teknologi inverter memang saat ini masih dipercaya sebagai teknologi yang cukup ampuh menjaga efisiensi. Baik disemua sektor, bahkan sampai diteknologi komunikasi, sinyal perlu "inverter". Jadi ketika sinyal kita nampak tidak stabil, kadang nampak lagi kencang atau lambat itulah inverter sedang bekerja, mengikuti kebutuhan secara global. Dan hanya tempat khusus menurut masing-masing provider yang dapat prioritas khusus.

Mari, nikmatilah teknologi inverter di dunia telekomunikasi, demi efisiensi biaya produksi para provider, demi menghidupi kelangsungan usaha mereka. Konsumen, hanya bisa pasrah menerima nasib, yang tidak mampu memaksimalkan teknologi yang paling maju sekarang ini.cpr

Posting Komentar

0 Komentar