APP 2018 Keuskupan Agung Jakarta: Amalkan Pancasila - "Kita Bhineka, Kita Indonesia"

Setelah minggu lalu saya ikut jalan salib pertama di Paroki St. Paulus, Depok. Hari ini saya ikut ibadat jalan salib di Paroki St. Perawan Maria Pelindung Diangkat ke Surga, Blok S, Jakarta Selatan. Beruntung saya bisa ikut ibadat didua keuskupan berbeda, yang mana mengambil tema APP berbeda pula.


Keuskupan Agung Jakarta mengambil tema APP 2018, Amalkan Pancasila: "Kita Bhineka, Kita Indonesia" dilatarbelakangi aktivitas suhu politik dan gesekan di masyarakat khususnya DKI Jakarta yang masih saja memanas sejak beberapa waktu yang lalu, karena sepertinya dianggap sulit memahami perbedaan. Secara umum Indonesia yang pun sama mengalami krisis "perbedaan". Sehingga perbedaan yang ada justru jadi pemicu pertikaian antara masyarakat satu dengan lainnya.

Selama jalan salib kali ini kita diajak untuk meresapi kisah sengsara Yesus hingga wafat di salib. Dimana, apa yang Yesus alami pun diakibatkan karena dosa-dosa kita, atas sifat buruk kita yang mempermasalahkan perbedaan satu sama lain.

Indonesia lahir dari dan oleh karena perbedaan, baik suku, agama, ras, kebudayaan dan berbagai macam hal yang mana sebenarnya membuat Indonesia menjadi berwarna. Yang membuat kita sama, kita adalah orang Indonesia, sama meyakini Pancasila sebagai dasar falsafah bangsa. Pancasila memayungi perbedaan kita.

Seperti yang selalu saya pikirkan, pelangi indah karena kombinasi beberapa warna berbeda, yang akhirnya menampilkan sesuatu yang indah.

Melalui jalan salib, kita diajak untuk lebih peka terhadap sesama, tanpa memandang perbedaan apapun. Teladan Yesus yang tetap mengampuni mereka yang berbeda, mereka yang berbuat tidak sekehendak hati kita. Hendaknya kita pun meneladani itu.

Secara umum, itulah pesan dari tema yang diusung KAJ, umat Katolik diajak untuk bisa membaur diantara perbedaan yang ada, dengan meneladani Yesus.

Ibadat jalan salib di Paroki St. Perawan Maria Pelindung Diangkat ke Surga, Blok S, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan dimulai pukul 12:00, diawali dengan ibadat jalan salib, lalu kemudian dilanjutkan dengan perayaan Ekaristi. Berbeda dengan minggu lalu, perayaan Ekaristi dimulai dari ritus pembuka hingga penutup. Di sini, perayaan Ekaristi dimulai dari Persembahan.

Umat yang hadir siang ini cukup banyak, hampir sama dengan ketika perayaan misa jumat pertama tiap bulannya.

Saya beruntung bisa mengikuti ibadat jalan salib di sini (Paroki Blok S), yang mana dekat dari kantor. Kebetulan sekali hari ini saya tidak bisa sampai Depok tepat waktu, yaitu jam 19:00. Yah, maklum saja hari ini saya menggunakan angkutan umum. Saat saya membuat postingan ini saja, masih di krl tujuan Depok.

Baiklah, saya cukupkan catatan saya ini, sekalian waste time di dalam kereta. Semoga jalan salib berikutnya bisa saya ikuti, supaya genap hingga Paskah tiba. Tuhan memberkati, Gbu.cpr.

Posting Komentar

2 Komentar

  1. Susah juga sih mang, soal perbedaan ini, bukan hanya dalam agama saja, tapi dalam cinta juga kalau ada perbedaan kadang sulit dipersatukan dalam payung sama, apalagi kalau gak bisa atau belum bisa saling memahami,,,,, apalagi politik di negeri dah gak perduli halal dan haram, sing penting menang jahahah....

    BalasHapus
    Balasan
    1. Karena masih ada politik kepentingan pribadi dan golongan, bukan politik kesejahteraan umum.
      Ya inilah Indonesia ;)

      Hapus

Tinggalkan jejak, jika anda mampir ;p Terima kasih atas kunjungannya - cocoper6